Kamis, 03 Februari 2011

FAKTOR PENGHAMBAT PERTUMBUHAN TERUMBU KARANG

— FAKTOR PENGHAMBAT PERTUMBUHAN TERUMBU KARANG

Terumbu karang sangat sensitif terhadap pengaruh lingkungan baik yang bersifat fisik maupun kimia. Pengaruh itu dapat mengubah komunitas karang dan menghambat perkembangan terumbu karang secara keseluruhan. Kerusakan terumbu karang pada dasarnya dapat disebabkan oleh faktor fisik, biologi dan karena aktivitas manusia.

Faktor fisik umumnya bersifat alami seperti perubahan suhu, dan adanya badai. Faktor biologis seperti adanya pemangsaan oleh biota yang berasosiasi dengan terumbu karang seperti bintang laut berduri (Acanthaster planci), sedangkan aktivitas manusia dapat berupa sedimentasi yang berasal dari penebangan hutan, penambangan karang, penangkapan berlebihan, pembangunan fasilitas, limbah industri, buangan kota dan rumah tangga, dan buangan minyak.

— PETA SEBARAN TERUMBU KARANG

Kondisi karang di Indonesia pada saat ini adalah 4% dalam kondisi kritis, 46% telah mengalami kerusakan, 33% kondisinya masih bagus dan kira-kira hanya 7 % yang kondisinya sangat bagus.

— KERUSAKAN PADA TERUMBU KARANG

Pemanfaatan sumberdaya dan aktivitas pembangunan menimbulkan dampak terhadap lingkunagan ekosistem pesisir dan pulau – pulau kecil. Dampak tersebut dapat berupa ancaman terhadap penurunan populasi, keanekaragaman biota, serta kerusakan ekosistem dan pantai.

— Ancaman gangguan sumberdaya alam pesisir

Faktor penyebab terjadinya gangguan dibagi menjadi 2 :

1. Acaman Eksploitasi
2. Ancaman Pembangunan

— EKSPLOITASI

Ancaman akibat kegiatan ekploitasi meyebabkan degradasi beberapa sumber daya alam diantaranya kerusakan terumbu karang, penurunan populasi ikan,pengurangan habitat hutan bakau dan padang lamun. Kerusakan terumbu karang dan penurunan ikan karang disebabkan pengboman karang. Penurunan ekosistem bakau disebabkan penebangan pohon dan pembukaan lahan tambak.

— ANCAMAN PEMBANGUNAN

Ancaman akibat aktivitas pembangunan berupa fisik seperti pengerukan dan pengurungan, limbah pencemaran dan konversi lahan.

— PENYEBAB KERUSAKAN TERUMBU KARANG

Banyak ilmuwan melihat bahwa penyebab utama kerusakan terumbu karang adalah manusia (anthropogenic impact), misalnya melalui kegiatan tangkap lebih (over-exploitation) terhadap hasil laut, penggunaan teknologi yang merusak (seperti potassium cyanide , bom ikan, dan lain-lain), erosi, polusi industri dan mismanajemen dari kegiatan pertambangan telah merusak terumbu karang baik secara langsung maupun tidak langsung

— PENYEBAB KERUSAKAN TERUMBU KARANG

Sumber terbesar dari kematian terumbu karang adalah perusakan mekanik oleh badai tropik yang hebat. Topan atau angin puyuh yang kuat ketika melalui suatu daerah terumbu sering merusak daerah yang luas di terumbu. Bila terumbu karang banyak yang terletak di zona yang sering dilalui oleh topan atau angin puyuh, maka seluruh atau sebagian dari terumbu akan dirusak atau mengalami kerusakan berat yang besar.

— PENYEBAB KERUSAKAN TERUMBU KARANG

Sumber kedua terbesar yang menyebabkan bencana kematian terumbu, pada tahun-tahun terakhir, adalah ledakan populasi bintang laut berduri Acanthaster planci. Sejak 1957, kerika mula-mula ditemukannya ledakan populasi, Acanthaster planci menyebabkan bencana kematian terumbu pada banyak tempat di Pasifik barat. Kemampuan binatang laut dalam merusak daerah yang luas di terumbu sangat dahsyat.

— FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN TERUMBU KARANG

— Faktor Biologi

1. Predasi (predator)
2. Penyakit
3. Bio Erosi

— Faktor Fisik

1. Kenaikan suhu air laut
2. Pasang surut yang sangat rendah
3. Radiasi sinar ultra violet
4. Perubahan salinitas yang tinggi
5. Taifun (topan) dan badai

— PREDATOR

— PENYAKIT

— BIO EROSI

— FAKTOR PENYEBAB KERUSAKAN TERUMBU KARANG

— Penambangan karang dan pasir laut (sedimentasi)

— Pengeboman karang

— Penggunaan cyanida dan potassium

— Penempatan jangkar kapal/perahu di atas karang

— Pembuangan limbah industri


ž Manajemen

Manajemen sebagai suatu proses, melihat bagaimana cara orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan terlebih dahulu

Pengelolaan ekosistem terumbu karang pada hakekatnya adalah suatu proses pengontrolan tindakan manusia, agar pemanfaatan sumberdaya alam dapat dilakukan secara bijaksana dengan mengindahkan kaidah kelestarian lingkungan

Kebijakan nasional pengelolaan terumbu karang disusun berdasarkan prinsip-prinsip :

1. Keseimbangan antara intensitas dan variasi pemanfaatan terumbu karang;

2. Pengelolaan sesuai dengan prioritas kebutuhan masyarakat lokal dan ekonomi nasional;

3. Kepastian hukum melalui pelaksanaan peraturan perundang-undangan untuk mencapai tujuan pengelolaan dan pemanfaatan terumbu karang yang optimal;

4. Pengelolaan yang berkeadilan dan berkesinambungan;

5. Pendekatan pengelolaan secara kooperatif antara semua pihak terkait;

6. Pengelolaan berdasarkan data ilmiah yang tersedia dan kemampuan daya dukung

lingkungan;

7. Pengakuan hak-hak ulayat dan pranata sosial persekutuan masyarakat adat tentang

pengelolaan terumbu karang;

8. Pengelolaan terumbu karang sesuai dengan semangat otonomi daerah

ž Strategi Pengelolaan Terumbu Karang

Suatu pengelolaan yang baik adalah yang memikirkan generasi mendatang untuk dapat juga menikmati sumberdaya yang sekarang ada.

ž Hal yang harus dipertimbangkan dalam Pengelolaan Terumbu Karang

ž melestarikan, melindungi, mengembangkan, memperbaiki dan meningkatkan kondisi atau kualitas terumbu karang dan sumberdaya yang terkandung di didalamnya bagi kepentingan seluruh lapisan masyarakat serta memikirkan generasi mendatang.

ž mendorong dan membantu pemerintah daerah untuk menyusun dan melaksanakan program-program pengelolaan sesuai denga karakteristik wilayah dan masyarakat setempat serta memenuhi standar yang ditetapkan secara nasional berdasarka pertimbangan-pertimbangan daerah yang menjaga antara upaya ekploitasi dan upaya pelestarian lingkungan.

ž mendorong kesadaran, partisipasi dan kerjasama/kemitraan dari masyarakat, pemerintah daerah, antar daerah dan antar instansi dalam perencanaan dan pelaksanaan pengelolaan terumbu karang.

ž Strategi Pengelolaan Terumbu Karang

1. Memberdayakan masyarakat pesisir yang secara langsung bergantung pada pengelolaan terumbu karang
2. Mengurangi laku degradasi kondisi terumbu karang yang ada saat ini
3. Mengelola terumbu karang berdasarkan karakteristik ekosistem, potensi, pemanfaatan dan status hukumnya

ž Pengelolaan Berbasis Masyarakat

ž suatu strategi untuk mencapai pembangunan yang berpusat pada manusia, dimana pusat pengambilan keputusan mengenai pemanfaatan sumberdaya secara berkelanjutan disuatu daerah berada ditangan organisasi – organisasi dalam masyarakat didaerah tersebut, dimana masyarakat sendiri yang mendefinisikan kebutuhan, tujuan, dan aspirasinya serta masyarakat itu pula yang membuat keputusan demi kesejahteraannya (Carter, 1996)

Pengelolaan terumbu karang berbasis-masyarakat adalah pengelolaan secara kolaboratif antara masyarakat, pemerintah setempat, Lembaga Swadaya Masyarakat, dan pihak-pihak terkait yang ada dalam masyarakat yang bekerja sama dalam mengelola kawasan terumbu karang yang sudah ditetapkan/disepakati bersama.

ž Tujuan

Tujuan dari pengelolaan terumbu karang berbasis-masyarakat adalah untuk menjaga dan melindungi kawasan ekosistem atau habitat terumbu karang supaya keanekaragaman hayati dari kawasan ekosistem atau habitat tersebut dapat dijaga dan dipelihara kelestariannya dari kegiatan-kegiatan pengambilan atau perusakan

ž Kegiatan yang dilaksanakan :

1. Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK)
2. Mata Pencaharian Alternatif
3. Penetapan Kawasan Lindung
4. Monitoring dan Evaluasi








METODE SURVEY

Survei terumbu karang dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dengan mempertimbangkan:

* Tujuan Survei;

* Waktu yang tersedia;

* Tingkat keahlian peneliti;

* Ketersediaan Sarana dan Prasaran.

Beberapa alasan yang menyebabkan sulitnya menggambarkan suatu kondisi terumbu karang dengan metode survei yang ada saat ini (Suharsono, 1994), antara lain:

* Terumbu karang yang tumbuh di tempat geografis yang berbeda mempunyai tipe yang berbeda;

* Ukuran individu atau koloni sangat bervariasi dari beberapa centimeter hingga beberapa meter;

* Satu koloni karang dapat terdiri beberapa individu sampai jutaan individu;

* Bentuk pertumbuhan sangat bervariasi seperti bercabang, masif, merayap, seperti daun, dan sebagainya.

* Tata nama jenis karang masih relatif belum stabil dan adanya perbedaan jenis yang hidup pada lokasi geografis yang berbeda, serta adanya variasi morfologi dari jenis yang sama yang hidup pada kedalaman yang berbeda maupun tempat yang berbeda.

Menurut Suharsono (1994), penggunaan metode survei dalam menggambarkan kondisi terumbu karang biasanya disajikan dalam bentuk struktur komunitas yang terdiri dari data:

* Persentase tutupan karang hidup;

* Persentase tutupan karang mati;

* Jumlah marga;

* Jumlah jenis;

* Jumlah koloni;

* Ukuran koloni;

* Kelimpahan;

* Frekuensi kehadiran;

* Bentuk pertumbuhan; dan

* Indeks keanekaragaman jenis.

— Beberapa metode yang umum digunakan oleh peneliti dalam menggambarkan kondisi terumbu karang adalah:

1. METODE TRANSEK GARIS (LINE INTERCEPT TRANSECT)

* Transek garis digunakan untuk menggambarkan struktur komunitas karang.

* Pemilihan lokasi survei harus memenuhi persyaratan keterwakilan komunitas karang di suatu lokasi.

* Peralatan yang dibutuhkan dalam survei ini adalah rol meter, peralatan scuba, alat tulis bawah air, tas nilon, buku identifikasi, dan kapal.

— Life form

2. METODE TRANSEK KUADRAT

* Metoda transek kuadrat digunakan untuk memantau komunitas makrobentos di suatu perairan.

* Pada survei karang, pengamatan biasanya meliputi kondisi biologi, pertumbuhan, tingkat kematian dan rekruitmen karang di suatu lokasi yang ditandai secara permanen.

* Pengamatan didukung dengan pengambilan underwater photo sesuai dengan ukuran kuadrat yang ditetapkan sebelumnya.

* Peralatan yang dibutuhkan adalah kapal kecil, peralatan scuba, tanda kuadrat 1 m x 1 m dan sudah dibagi setiap 10 cm, kaliper, GPS dan underwater camera.

* Data yang diperoleh dengan metoda ini adalah persentase tutupan relatif, jumlah koloni, frekuensi relatif dan keanekaragaman jenis.

— Kuadrat Transek

3. METODA MANTA TOW

* bertujuan untuk mengamati perubahan secara menyeluruh pada komunitas bentik yang ada pada terumbu karang, termasuk kondisi terumbu karang.

* sangat cocok untuk memantau daerah terumbu karang yang luas dalam waktu yang pendek, biasanya untuk melihat kerusakan akibat adanya badai topan, bleaching, daerah bekas bom dan hewan Acanthaster plancii (Bulu seribu).

* sering digunakan untuk mendapatkan daerah yang mewakili untuk di survei lebih lanjut dan lebih teliti dengan metoda transek garis.

* Peralatan yang digunakan dalam metode Manta Tow ini adalah kaca mata selam (masker), snorkel, fin, perahu motor minimal 5 PK, papan manta yang berukuran panjang 60 cm, lebar 40 cm dan tebal dua cm, tali yang panjang 20 m dan berdiameter satu cm, pelampung kecil, alat tulis bawah air, stop watch dan GPS.

— Kategori dan persentase tutupan karang untuk menilai berapa persentase karang hidup, karang mati, karang lunak, pasir dan kerikil (English et al, 1994; Sukmara dkk, 2002).

— Rincian dari papan manta tempat tabel data seta rincian katergori diletakkan yang akan memudahkan pengamat dalam pencatatan data (English, 1994; Sukmara dkk, 2002).

— Manta Tow

4. METODA TRANSEK SABUK (BELT TRANSECT)

* Transek sabuk digunakan untuk mengambarkan kondisi populasi suatu jenis karang yang mempunyai ukuran relatif beragam atau mempunyai ukuran maksimum tertentu misalnya karang dari genus Fungia.

* Metoda ini bisa juga untuk mengetahui keberadaan karang hias (jumlah koloni, diameter terbesar, jumlah jenis) di suatu daerah terumbu karang.


REHABILITASI Terumbu Karang

Terumbu karang secara umum dapat dinisbatkan kepada struktur fisik beserta ekosistem yang menyertainya yang secara aktif membentuk sedimentasi kalsium karbonat akibat aktivitas biologi (biogenik) yang berlangsung di bawah permukaan laut.

— Rehabilitasi Terumbu Karang

Biorock

Biorock adalah suatu proses teknologi deposit elektro mineral yang berlangsung di dalam laut, biasanya disebut juga dengan teknologi akresi mineral.

— Cara Kerja Biorock

Biorock bekerja menggunakan proses elektrolisis air laut, yaitu dengan meletakkan dua elektroda di dasar laut dan dialiri dengan listrik tegangan rendah yang aman sehingga memungkinkan mineral pada air laut mengkristal di atas elektroda.

— Struktur Cara Kerja Biorock

— Proses Pembuatan Biorock

1. Langkah pertama dalam pembuatan biorock yaitu mengobservasi daerah yang akan menjadi tempat peletakkan struktur biorock. Lalu dibuat desain yang sesuai dengan kondisi situs peletakkan biorock.

2. Selanjutnya ram besi non-galvanisasi di las membentuk struktur sesuai desain.

3. Struktur yang telah selesai kemudian diangkut dan diletakkan ke situs biorock.

4. Kemudian sistem arus listrik tegangan rendah dipasang pada struktur, menggunakan kabel yang tahan air.

5. Setelah itu pecahan turumbu karang yang masih hidup dikumpulkan sebagai bibit, dan ditempatkan pada struktur .

— Transplantasi

Transplantasi atau pencangkokan karang dilakukan dengan memotong karang hidup, lalu ditanam di tempat lain yang mengalami kerusakan.

— Proses Transplantasi


Tujuan Transplantasi

1. Transplantasi karang untuk tujuan pemulihan terumbu karang yang telah rusak.

2. Untuk pemanfaatan terumbu karang secara lestari /perdagangan karang hias.

3. Transplantasi untuk perluasan terumbu karang.

4. Transplantasi karang untuk tujuan pariwisata.

5. Transplantasi karang untuk meningkatkan kepedulian akan statusterumbu karang, meningkatkan rasa memiliki dan kesiapan untuk melindungi sumber daya terumbu karang.

6. Transplantasi karang untuk tujuan pengelolaan perikanan.

7. Terumbu karang buatan.

8. Transplantasi karang untuk tujuan penelitian.

— Teknik Transplantasi Terumbu Karang

— Transplantasi Terumbu karang dengan Teknik Propagasi.

— Transplantasi Terumbu karang dengan metode Rockpile.

— Transplantasi terumbu karang dengan metode fragmentasi.

— Terumbu Karang Buatan

terumbu karang buatan adalah struktur bangunan yang ditenggelamkan di dasar laut agar dapat berfungsi seperti terumbu karang alami sebagai tempat berlindung ikan.

n PERTUMBUHAN KARANG

Pertumbuhan karang merupakan pertambahan panjang linier, berat, volume atau luas kerangka atau bangunan kapur (calsium) spesies karang dalam kurun waktu tertentu (Buddemeir dan Kinzie,1976). Pertumbuhan karang dimulai dari proses reproduksi dan selanjutnya tumbuh menjadi karang dewasa.

n Skema Reproduksi dan Pertumbuhan

n Petumbuhan dan Akresi Karang

1. Penempelan (recruitment/settlement)

Larva planula akan dapat melanjutkan ke tahap penempelan pada dasar perairan bila kondisi substrat mendukung seperti:

n cukup kokoh

n tidak ditumbuhi alga

n arus cukup untuk adanya makanan

n penetrasi cahaya cukup agar zoox bisa tumbuh

n sedimentasi rendah

2. Karang muda

Kemampuan karang muda untuk terus hidup memang sangat tergantung pada kondisi substrat, sebagai contoh:

n Karang akan tumbuh lebih baik di substrat yang padat

n karang lebih mampu bertahan hidup bila posisi substrat vertikal daripada horisontal

n karang akan tumbuh lebih cepat di tempat dangkal tapi yang lebih survive di perairan yang sedikit lebih dalam.

3. Kematangan seksual

Dipengaruhi oleh berbagai hal seperti :

a. Perubahan kondisi lingkungan ke arah lebih buruk mengganggu proses kematangan seksual.

b. Pada Goniastrea favulus, Kojis dan Quinn menemukan jika ada luka dan perlu energy memperbaiki jaringan, maka kemampuan reproduksinya akan turun.

c. Bentuk koloni

4. Pertumbuhan koloni dan terumbu

Pertumbuhan karang dipengaruhi oleh faktor abiotik dan biotik.

n Faktor abiotik dapat berupa intensitas cahaya, lama penyinaran, suhu, nutrisi, dan sedimentasi.

n Faktor biotik meliputi predasi, kompetisi, agresi karang lain, dan lainnya.

5. Kalsifikasi

Kalsifikasi adalah adalah proses yang menghasilkan kapur untuk pembentukan rangka karang.

n Kalsifikasi dipengaruhi oleh fotosintesis zooxanthellae dan hasilnya.

n Kenaikan nutrien akan menurunkan kalsifikasi karena terjadi peningkatan fosfat.

n Skema Kalsifikasi

n Bentuk-bentuk Koloni Karang

6. Akresi

Akresi adalah pertumbuhan koloni dan terumbu ke arah vertikal maupun horisontal.

a. Bercabang

Koloni ini tumbuh ke arah vertikal maupun horisontal, dengan arah vertikal lebih dominan. Percabangan dapat memanjang atau melebar, sementara bentuk cabang dapat halus atau tebal.

b. Padat

Pertumbuhan koloni lebih dominan ke arah horisontal daripada vertikal. Karang ini memiliki permukaan yang halus dan padat; bentuk yang bervariasi, seperti setengah bola, bongkahan batu, dan lainnya;

c. Lembaran

Pertumbuhan koloni terutama ke arah horisontal, dengan bentuk lembaran yang pipih. Umumnya terdapat di lereng terumbu dan daerah terlindung. Dijumpai di perairan.

d. Seperti meja

Bentuk bercabang dengan arah mendatar dan rata seperti meja. Karang ini ditopang dengan batang yang berpusat atau bertumpu pada satu sisi membentuk sudut atau datar.

n Jenis-jenis Pertumbuhan Karang

Bentuk Pertumbuhan non-Acropora :

n Bentuk bercabang (Branching)

n Bentuk padat (Massive)

n Bentuk kerak (Encrusting)

n Bentuk lembaran (Foliose)

n Bentuk jamur (Mashroom)

n Bentuk submasif (Submassive)

n Karang api (Millepora)

n Karang biru (Heliopora)

Bentuk Pertumbuhan Acropora :

n Acropora bentuk bercabang (Branching Acropora)

n Acropora meja (Tabulate Acropora)

n Acropora merayap (Encursting Acropora)

n Acropora Submasif (Submassive Acropora)

n Acropora berjari (Digitate Acropora)

n Faktor Pertumbuhan Karang

n SUHU

n SALINITAS

n CAHAYA DAN KEDALAMAN

n KECERAHAN

n PAPARAN UDARA (aerial exposure)

n GELOMBANG

n ARUS

n -Metode Perhitungan Pertumbuhan Karang

n Metode Pengukuran Langsung (real time) dibagi menjadi 2 kelompok :

1. Pengukuran secara langsung

2. Metode melalui laju kalsifikasi yang kemudian terbagi 2 lagi :

a. Metode Dengan Menggunakan Radioisotop

b. Staining atau Pewarnaan

* Metode Pengukuran Berdasarkan Ramalan (Retrospective) terbagi 3 :

1. Cara X-radiograph

2. Ultra Violet

3. Scanning densitometer