Selasa, 04 Januari 2011

LITERATUR EKOPER, LARVA IKAN. BENTHOS

BENTHOS
Benthos adalah organisme ( fitobenthos atau hewani atao zoobenthos) yang hidup atau tinggal didalam dan diatas sediment didasar suatu perairan ( penuntun  buku pratikum, 2008)
Organisme benthos ini meliputi jenis- jenis dari kelompok protozoa, sponge, coelentrata, rotifera dan lainnya. Keberadaan hewan ini dipengaruhi oleh kondisi fisik, disamping itu juga dipengaruhi oeh factor kimia dan factor biologi (Haryani. S, 2001).
Hehanusa (2000) benthos adalah organisme yang hidup dipermukaan atau didalam sediment dasar suatu badan air. Berdasarkan ukurannya, benthos dikelompokan menjadi 3 yaitu: mikrobenthos, meiobenthos, makrobenthos.
Dilihat dari segi makanannya, bahwa makrobenthos dapat bersifat autochthonous dan bersifat allotochthonous. Sumbr makanan organic berasal dari vegetasi tepian sungai yang jatuh dan langsung masuk krdalam sungai, maupun yang sudah diproses didarat dan langsung masuk kedalam sungai melalui air permukaan dan melalui air tanah.
Menurut (Santika, 2000) benthos merupakan brbagai jenis organisme yang mendiami suatu perairan . Benthos yang hidup diatas dasar perairan disebut dengan epifauna, sedangkan benthos yang hidup membenamkan diri atau membuat lubang pada substrat lunak disebut dengan infauna.
Menurut Asriyanto (2000) makrobenthos adalah hewan benthos yang tidak lolos dari ayakan dengan luas mata saring 1 mm2. yang ternasuk kedalam makrobenthos antara lain insekta, annelida, bivalve dan gastropoda. 

ALARVA IKAN
Anak ikan yang baru menetas disebut larva dimana tubuhnya belum dalam keadaan sempurna, baik organ dalam maupun organ luarnya. Dalam bidang budidaya, larva yang baru keluar dari telur disebut hatchling. Semasa perkembangannya larva terdiri dari masa prolarva dan postlarva (Pulungan et al, 2005).
Larva menurut Hermawan (2002) didefenisikan sebagai anak ikan ynag baru menetas. Berkaitan dengan perkembanganna, larva dibedakan menjadi dua tahap yaitu pro (pre) larva adalah yang masih memiliki kantung kuning telur  dan post larva adalah masa ketika kantung kuning telur menghilang sampai terbentuknya organ-organ baru.
Pada larva mengalami masa peralihan antara fas primitif dengan fase definitive. Fase primitif artinya sebagian organ tubuhnya belum terbentuk secara sempurna dan belum dapat difungsikan dengan baik, sedangkan fase definitive yaitu bentuk individu baru yang sudah memiliki bentuk tubuh secara sempuran dan semua organ tubuh telah berfungsi seperti ynag terdapat pada induknya.(PULUNGGAN dan RIDWAN, 2005)
            Pada masa pro larva, larva tersebut membawa kuning telur yang baerguna untuk cadangan makanan bagi individu ikan diperairan. Cepat lambatnya kuning telur tersebut habis berbeda satu dengan yang lainya antara individu ikan ini sangat dipengaruhi oleh beberapa factor antara lain jumlah kuning telur yang dibawa telur itu sendiri, factor fisologis selama periode embriologi, kondisi lingkungan separti suhu lingkungan, dan sifat dari sepses itu sendiri. (PULUNGAN, 2005)
            Larva ikan yang baru ditetaskan pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja dengan mengerakkan bagian ekornya ke kiri dan kekanan dengan banyak diselingi istirahat karena tidak dapat mempertahankan posisi tegak. Sehingga dengan banyaknya bergerak mempercepat habisnya kuning telur yang dimilikinya. (EFFENDIE, 2002).
Hernowo (2001), mengatakan apabila telur jangan lebih dari lima menit sehingga ada waktu penebaran ketempat penetasan, telur reptil dan sehat akan berkembang menjadi embrio dan selanjutnya telur tersebut akan menetas menjadi individu ikan yang disebut dengan larva. Perkembangan telur ikan sangat dipengaruhi oleh lingkungan. 
            Nurani, (2001) menyatakan peroses penutupan blastoper kemudian masuk kedalam perkembangan fase embrio. Tanda-tanda aktifitas embrio ikan terlihat dari pergerakan dan seringkali merupakan bagian yang penting dalam proses penetapan. Proses ini terlihat bila embrio ikan ini terlihat embrio lebih panjang dari lingkaran kuning telur. Selama penetasan larva bergerak-gerak sampai lepas kapsul telur, dan membutuhkan suhu yang cocok dan suplai oksigen yang cukup.
            Jingran Dan Pullin, (1988) menyatakan bahwa Setelah telur menetas, larva dipindahkan ke kolam pemeliharaan larva, selama priode larva makanan diperoleh dari kantung kuning telur dan ini diperoleh selama 3 hari. Ada dua cara pemeliharaan larva yaitu; yang pertama pemeliharaan larva yang baru menetas pada kolam pemeliharan (Nurshery pond). Dan yang kedua ialah pemeliharaan larva sampai ukuran enam sampai sepuluh cm pada kolam pemeliharaan.
            Larva dapat di bagi menjadi dua tahap yaitu pre larva dan post larva. Pada tahap pro larva, larva masih memiliki kuning telur, tubuh transparan serta sirip dada dan ekor bentuknya belum sempurna, Pertumbuhan prolarva ini sangat cepat sekali sehingga morfologi dan proforsi bagian-bagian tubuhnya sangat cepat berubah. Masa post larva ialah pada masa larva ikan mulai kehilangan kantung kuning telurnya hingga terbentuknya organ-organ baru atau selesainya tahap penyempurnaan organ-organ yang telah ada sehingga bentuknya menyerupai  idruknya. (Effendie, 1997).       
            Usman (2003) Mengatakan bahwa perkembangan larva ada 3 masa yaitu: 1. Larvae early (D4-D7). 2. Larvae midle (doliolarie) (D8-D10) dan 3. Larvae late (pentac tula) (D11-D30). Setiap melalui fase perkembangan air dalam bak harus diganti dan dibersihkan, baik dari larva yang mati begitu juga dari kotoran-kotoran yang ada agar pH air tidak meningkat dan setela itu mencatat dan menghitung persentase ikan yang ada dan hidup.
            Richter dan Rustidja (1985). Menyatakan bahwa setelah minggu kedua berat total larva akan meningkat dengan cepat sehingga harus didistribusikan ke dalam bak dederan agar mendapat jumlah air yang cukup untuk tumbuh dan agar tetap memperoleh kualitas air yang baik dan dapat memberikan makanan secara intensif. Jenis makanan yang diberikan adalah pakan alami atau nabati yang di ambil dari perairan (kolam, waduk, sungai, sawah, dan lain sebagainya) atau produksi masal. Makanan yang dapat ditelan larva berumur 4-5 hari adalah organisme renik berupa plankton.  

Masa post larva ikan adalah masa larva mulai dari hilangnya kantung kuning telur sampai terbentuknya organ - organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ - organ yang telah ada sehingga pada masa akhir akhir dari post larva tersebut secara morfologis sudah mempunyai bentuk hampir seperti induknya. Larva adalah anak ikan yang baru menetas dari telurnya sampai umur bebrapa hari dan post larva adalah larva ikan yang telah kehabisan cadangan makanan berupa kuning telur dan mulai mencari makanan sendiri dari perairan.
Embrio atau larva ikan ovipar yang baru keluar dari cangkang telur akan memasuki suatu fase kehidupan yaitu fase larva. Individu ikan yang masih berada pada fase larva akan mengalami fase/tahap kehidupan yang penuh dengan resiko atau merupakan masa yang paling kritis dalam kehidupannya, karena pada masa larva ini individu ikan masih berada dalam fase peralihan dari bentuk yang primitif menjadi bentuk yang definitif  (Hutabarat dan Evans, 1985).
Anak ikan yang baru ditetaskan dinamakan larva, tubuhnya belum dalam keadaan sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Sehubungan dengan perkembangan larva ini, dalam garis besarnya dibagi menjadi 2 tahap yaitu prolarva dan postlarva. Untuk membedakannya, prolarva masih mempunyai kantung kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan sirip ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya dan kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkang telur ini tidak mempunyai sirip perut yang nyata melainkan hanya bentuk tonjolan saja. Mulut dan rahang belum berkembang dan usunya masih merupakan tabung yang lurus. Sistem pernapasan dan peredaran darahnya belum sempurna. Adakalanya larva ikan yang baru ditetaskan letaknya dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya masih mengandung minyak. Apabila kuning telurnya sudah habis dihisap, posisi larva tersebut akan kembali seperti biasa. Larva ikan yang baru ditetaskan pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja dengan menggerakkan bagian ekornya ke kiri dan ke kanan dengan banyak diselingi oleh istirahat karena tidak dapat mempertahankan keseimbangan posisi tegak (Effendie, 1995)
Pertumbuhan merupakan perubahan bentuk ikan, baik panjang maupun berat sesuai dengan perubahan waktu (Effendie, 1995). Lagler et.al. (1977) mengatakan bahwa pertumbuhan ikan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal, faktor internal meliputi keturunan (genetik), umur, ketahanan terhadap penyakit dan kemampuan mencerna makanan. Sedangkan faktor eksternal meliputi sifat fisika dan kimia lingkungan, nilai gizi makanan yang tersedia dan jumlah makanan yang ada

LITERATUR EKOPER
Air adalah suatu zat pelarut yang bersifat yang sangat berdaya guna,yang mampu melarutkan zat-zat lain dalam jumlah besar dari pada zat cair lainnya.Sifat-sifat ini dapat dilihat dari banyak unsur-unsur pokok yang terdapat dalam air laut.(Hutabarat, 2000)
Ekosistem air laut dapat dipandang dari dimensi horizontal dan vertical.Secara horizontal laut dibagi menjadi dua yakni laut pesisir(zona neritik) yang meliputi daerah paparan benua,dan laut lepas(Zona oseanik).Sedangkan pembagian secara vertical dilakukan berdasarkan intensitas cahaya matahari yang memasuki kolam perairan yaituzona fotik,dan zona afiotik.(Dahuru ete el ,1996)
Seperti diketahui air laur rasanya asin karena mengandung garam.Anehnya orang jarang menanyakan asal - usul garam tersebut.Mula-mula diperkirakan bahwa zat-zat kimia yang menyebabkan air laut asin berasal dari darat yang dibawa oleh sungai-sungai yang mengalir ke laut, entah itu dari pengikisan batu-batuan darat,dari tanah longsor,dari hujan,atau dari gejala alam lainnya,yang terbawa oleh arus air sunga ke laut.Jika hal ini benar terjadinya tentunya susmen kimiawi sungai tidak akan berbeda dengan susmen air laut.(Hutabarat,2000)
Laut merupakan ekosistem terbesar di bumi.Laut di dunia merupakan kesatuan ekosistem di mana serangkaina komunitas dapat mempengaruhi factor-faktor fisika-kimia air laut di sekelilingnya.Ekosistem yang besar ini dapat dibagi menjadi daerah-daerahyang kecil.Parameter fisika dan kimia mempengaruhu laut dan sekitarnya yang berbeda terhadap populasi di daerah tersebut(Nyebaken, 1988)
Odum(1971)mengatakan rendahnya tingkat produktivitas di perairan pada umumnya berhubungan dengan tingkat atau cara pengeloaan yang baik.Cara ini membahayakan kelestarian populasi ikan di perairan tersebut.Akibat tidak adanya perhitungan sama sekali mengenai populasi ikan pada tahun-tahun berikut.
Weber dalam Sedana (1988) mengatakan bahwa indeks keragaman merupakan salah suatu alat untukmengukur kualitas lingkingan yang berdasarkan pada jumlah spesies dan distribusi individu dalam masing-masing spesies.
Nilai keseragaman yang digunakan untuk menilai keseimbangan penyebaran jenis pada suatu periaran karena ia merupakan ratio dari jumlah dari taksa yang semestinya ada pada indeks keseragaman.(Odum ,1971
1.PARAMETER FISIKA
1.1.SUHU
Menurut Nontji(1979)menyatakan bahwa suhu air di permukaan dipegaruhi oleh kondisi meteorology yakni curah hujan,penguapan ,kelembapan udara,suhu udara,keceptan angina,dan intesitas radiasi matahari.Oleh sebab itu suhu di permukaan biasanya mengikuti pada musiman.
Suhu perairan biasanya akan meningkat apabila intesitas cahaya matahari yang masuk ke dalam periaran dalam jumlah yang besar.Menurut dahuri et el (1996)suhu periaran dipengaruhi oleh radiasi dan posisi matahari ,letak geografis, musim,kondisi awan,proses interaksi air dengan udara seperti kenaikan panas,penguapan dan hembusan angin.
Suhu yang menghubungkan suhu yang sama(isoterm)secara umum dari barat ke timur.Dekat pantai keadaan arus mungkin akan membelokkan isoterm ini ke arah utara atau selatan.Sepanjang batas timur lautan juga dijumpai suhu yang terendah pada permukaan yang disebabkan oleh up welling dari lapisan air di bawah permukaan.(Ghalib,1999)
1.2.KECERAHAN
Schram(1990)menyatakan bahwa kecerahan suhu perairan dapat mempengaruhi suplai oksigen, yang mana cahaya matahari yang masuk ke dalam periaran akan dimanfaatkan oleh tumbuhan air untuk melangsungkan fotosintesis sehingga menghasilkan oksigen.
Nilai kecerahan suatu perairan berlawanan dengan nilai kekeruhan dan kekeruhan perairan berkaitan erat dengan jenis sedimen yang terakumulasi dan kuat arus.Di mana pada perairan yang kandungan sedimennya didominasi oleh fraksi lumpur dan senantiasa teraduk oleh arus.Sedimen yang berlumpur akan lebih keruh jika dibandingkan dengan perairan yang sedimennya berpasir.(Lukman,1994)
Menurut Nyebaken(1992) bagi tumbuhan akuatik intesitas cahaya sangat menentukan dalam penggunaan energi untuk fotosintesis.Dengan kata lain tumbuhan akan berkurang energi jika intensitas cahaya berkurang.Semakin cerah suatu perairan maka semakin jauh cahaya matahari dapat menembus ke dalam perairan.
Selanjutnya menurut Nyebaken (1992) rendahnya tingkat kecerahan aatau tingginya kekeruhan menyebabkan penetrasi cahaya menurun sehingga fotosintesis oleh fitoplankton dan tumbuhan bentik akan terganggu dan mengakibatkan produksi primer menurun.
1.3.KEDALAMAN
Kedalaman diukkur dengan menggunakan tali yang telah diberi pemberat yang alatnya dimasukkan ke dalam perairan sampai pemberat mencapai dasar perairan.Kemudian pengukuran dimulai dari tali dari permukaan perairan sampai pada alat pemberat(Haslinda,1992)
Arus akan dipengaruhi oleh topografi dasar perairan ,olehkarena itu distribusi fraksi sedimen sangat tergantung dari bentuk dasar peraian terutama keadaan kedalaman karena akan mempengaruhi bentuk dan pola arus.(Panggabean,1994)
1.4.KEKERUHAN
Kekeruhan atau turbiditas adalah istilah yang digunakan untuk menyatakan derajat kegelapan d dalam air yang disebabkan oleh bahan yang melayang bak oganik maupun onargonik.Bahan yang melayang ini mrnyebabkan kekeruhan yang akan mempengaruhi warna air(Haslinda,1992).
Tingkat kekeruhan yang tinggi dapat disebabkan leh erosi di daerah hulu maupun kegiatan pergerakan sehingga menyebabkan terganggunya penetrasi cahaya,dan juga dapat merusak habitat dasar dan metabolisme hewan dasar karena terjadi penyumbatan.(Dahuri et el,1996)
2.PARAMETER KIMIA
2.1.pH
Derajat keasaman(pH) adlah suatu ukuran dari konsentrasi ion H+ dan menunjukkan suasana air tersebut apakah dalam keadaan asam atau basa.Secara alamiah oH perairan dipengaruhi oleh konsentrasi CO2 dan senyawa-senyawa bersifat asam.(Hasibuan, 2001)
Walaupun air murni mempunyai pH netral karena diasosiasi molekul air menghasilkan jumlah ion-ion H+ dan OH- yang sama,keadaan CO2 dan sifat basa yang kuat dari ion natrium,kalium dan kalsium dari dalam air laut sedikit basa.Biasanya sedikit bervariasai antara pH 7,5 sampai pH 8,4(Nyebaken, 1992)
Derajat keasaman mempengaruhi daya tahan organisme di mana perairan yang pH-nya rendah maka penyerapan O2 oleh organisme akan terganggu.(Pennak, 1990)
2.2.Oksigen Terlarut
Oksigen terlarut merupakan parameter yang samgat penting dalam kehidupan organisme.Setiap organisme membutuhkan O2 untuk respirasi dan selanjutnya untuk metabolisme yang diperuntukan untuk perombakan organik menjadi sari makanan yang dimanfaatkan untuk pertumbuhan energi, perkembangan biak dan bergerak.(Sedana et el,2001)
Nyebaken(1992) menyatakan bahwa ada dua macam gas yaitu oksigen dan karbondioksida yang terlarut di dalam air.Kelarutan gas-gas dalam perairan adalah suatu funfsi dari suhu.Makin rendah suhu maka makin besar kelarutannya.Oleh karena itu semakin dingin suatu perairan maka makin banyak oksigen yang dikandungnya.
Fardiaz(1992) menyatakan bahwa oksigen terlarut merupakan kebutuhan dasar untuk kebutuhan organismeair.Di mana oksigen terlarut ini difungsikan untuk mempertahankan kinsentrasi O2 maksimal yang dibutuhkan untuk kehidupan.
Sastrawijaya(1991)menyatakan bahwa kadar oksigen dapat dijadikan ukuran untuk melakukan atau untuk menentukan mutu air.Kehidupan di air dapat bertahan jika ada O2 minimal 5 mg setiap liter(5 ppm)
Pengukuran DO melalui titrasi berpatokan pada Metode Winkler(Alert dan Santika, 1984).Air mampu diambil dengan mengunakan botol BOD tanpa terjadi atau tanpa terdapat gelembung udara,kemudian ditambah 1 ml larutan KI alkaline dan 1 ml asan Sutrat dikocok dengan jati-hati hingga semau endapan hilang.Setelah itu diindahkan ke dalam erlemeyer bervolume 100 ml dan titrasi dengan tiosulfat hingga berbentuk kuning muda lalu masukkan 2-3 tetes indikator amilum hingga warna biru tua muncul.
2.3.KARBONDIOKSIDA BEBAS
Karbondioksida merupakan gas yang dubutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan ,air renik maupun tingkat tinggi untuk melakukan fotosintesis.Konsentrasi karbondioksida yang baik tidak lebih dari 25 ppm dan tidak kurang dari 10 ppm(Kordi, 2000)
Selanjutnay Odum(1993) menyatakan kandungan karbondioksida bebas dalam air tidak boleh dari 25 ppm.
2.PLANKTON
2.1.Fitoplankton
Istilah plankton pertama kali digunakan oleh Victor Hensen(1889) berasal dari bahasa Yunani yaitu plankton yang artiny a mengembara atau kekeliaran.Menurut Boney(1975) plankton tersusun atas jaad-jasad hewani mikroskopis (phytoplankton) dan jasad-jasad hewani (Zooplankton) yang terdapat di laut maupun di air tawar ,hidup bebas terapung dan gerakannya bersifat pasif tergantung adanya arus dan angin.
Siagian(2001)menjelaskan bahwa phytoplankton merupakan tumbuhan air yang sangat kecil yang terdiri dari beberapa kelas ,yag sangat tergantung pada cahaya matahari terdapat pada permukaan air sampai kedalaman penetrasi cahaya matahari.Dan phytoplankton ini merupakan produsen utama(Primery producer) zat-zat organik yang komplek dari bahan-bahan organik dan dari bahan anorganik yang sederhana melalui proses fotosintesis.
Keberadaan fitoplankton perlu didukung oleh adanya unsur hara dan zat organik lainnya yang dapat dimanfaatkan untuk proses fotosintesis.Walaupun demikian beebagai faktor lingkungan lainnya juga berperan penting dalam kehidupan plankton .Faktor tersebut antara lain suhu, Ph ,kadar O2 ,CO2 bebas, kecerahan ,alkalinitas, arus dan hubungan antara spesies.(Elita ,1997)
Kelimpahan fitoplankton didefenisikan sebagai jumah individu fitoplankton per satuan liter air(Raymont ,1962). Sedangkan menurut Boney (1975) menyatakan bahwa kelimpahan fitoplankton di daerah tropis lebih rendah jika dibandingkan daerah sedang.
Selanjutnya menurut Goldmen (Dalam dalam Jummariani, 1994) perairan yang tingkat kesuburannya rendah mencapai kelimpahan kurang dari 10 4 sel/ml atau lebih.


By : RENGKI AFRIZAL
            IK 08

Tidak ada komentar:

Posting Komentar