Minggu, 16 Januari 2011

SUMBERDAYA HAYATI LAUT TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DUMAI

SUMBERDAYA HAYATI LAUT
TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DUMAI

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Perairan Indonesia yang meliputi dua pertiga wilayahnya merupakan potensi sumberdaya hayati perikanan yang besar, dan belum seluruhnya dapat dikelola dengan baik. Mengingat sangat mendesaknya kebutuhan masyarakat akan protein hewani yang berasal dari ikan, maka sudah seharusnya pemanfaatan sumberdaya hayati perairan yang akan menunjang perluasan kesempatan kerja dan dapat meningkatkan pendapatan nelayan serta perbaikan gizi masyarakat. Sejalan dengan pertumbuhan penduduk serta kondisi geografis yang memerlukan peningkatan produksi komoditi perikanan.
Perikanan merupakan semua kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dan pemanfaatan sumberdaya ikan. Dalam lingkungan sumberdaya ikan yaitu tempat hidup sumberdaya ikan, seperti biota dan factor alamiah sekitarnya, dilakukan pegolahan sumberdaya ikan, yang bertujuan agar sumberdaya ikan dapat dimanfaatkan secara optimal dan berlangsung terus menerus, seperti kegiatan penangkapan ikan dan atau pembudidayaan ikan.
Berbagai kegiatan yang dilakukan dalam bidang parikanan, diantaranya adalah usaha perikanan sebagai usaha perorangan atau badan hukum untuk menangkap atau membudidayakan ikan, seperti kegiatan menyimpan, mendinginkan atau mengawetkan ikan untuk tujuan komersial.
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar didunia, sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki potensi yang besar di bidang Perikanan. Dengan luas perairan laut sekitar 5,8 juta km2 (75% dari total wilayah Indonesia) yang terdiri dari 0,3 juta km2 perairan laut territorial, 2,8 juta km2 perairan laut nusantara, dan 2,7 juta km2 laut ZEE Indonesia. Hal ini merupakan potensi yang sangat bagus untuk pengembangan usaha perikanan (Nyabakken, 1992).
Dalam upaya meningkatkan pengetahuan dalam mengkaji suatu stock ikan di suatu perairan maka, perlu penerapan yang khusus dilakukan dalam lengkajinya. Dan salah satu lokasi yang tepat dalam hal ini ialah Pelabuhan Perikanan Samudra Bungus.
Untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya kelautan berbagai cara dapat dilakukan, antara lain mengusahakan dan mengembangkan perikanan dalam rangka peningkatan daya guna dan daya saing komoditi itu sendiri. Adanya usaha pendayagunaan komoditi perikanan baik yang dilakukan oleh Pemerintah maupun swasta telah dirasakan adanya kemajuan yang mendorong pembangunan negara secara umum dan perekonomian rumah tangga secara khusus.
Salah satu komoditi yang potensial untuk diusahakan adalah perikanan, karena ikan merupakan komoditi yang dapat dipanen sepanjang tahun atau tidak terlalu tergantung pada musim. Ikan merupakan komoditi yang sangat dibutuhkan oleh manusia baik yang dikonsumsi langsung maupun yang melalui proses lebih lanjut, seperti yang dikemukakan Dahuri Rokhmin (2002) sudah banyak penelitian yang menunjukkan besarnya manfaat mengkonsumsi ikan, baik dari segi kesehatan, maupun dari harganya yang relatif lebih murah dari pada sumber protein lain seperti daging.
Dilihat dari perkembangannya perikanan laut Indonesia jauh masih tertinggal jika dibandingkan dengan negara lain hal seperti ini disebabkan oleh berbagai faktor. Diantara faktor penghambat tersebut berupa kurangnya; pengetahuan, permodalan, law enforcement yang akhirnya para nelayan melakukan aktifitasnya dengan cara yang sangat tradisional.

1.2 Tujuan dan Manfaat Praktikum
Tujuan dilakukannya praktikum Eksplorasi SDHL adalah untuk mengetahui nilai ekonomi dari SDHL dan bagaimana untuk mengkonservasi SDHL yang berkelenjutan. Mengetahui jenis alat tangkap yang di gunakan oleh nelayan, jumlsh alat penangkapan di pelabuhan dan menduga potensi lestari (MSY) ikan di perairan setempat.
Manfaat praktikum ini adalah merndapatkan informasi yang berguna bagi praktisi perikanan setempat dalam mendapatkan hasil tangkapan serta dalam penggunaan alat tangkap yang sesuai dengan tujuan penangkapan.untuk mengetahui Eksplorasi SDHL di lapangan, mengetahui jumlah ikan yang ditangkap pertahun, berapa stok ikan yang masih ada dalam perairan, dan berapa persentase kemungkinan jumlah ikan yang akan ditangkap 1 (satu) tahun yang akan datang menambah pengetahuan dan wawasan penulis, untuk mendapatkan data dan informasi mengenai perikanan di TPI dan Dinas Perikanan Dumai.



II. TINJAUAN PUSTAKA

Wilayah pesisir menurut Dahuri (2001) merupakan batas yang sejajar garis pantai (long shore) dan batas yang tegak lurus terhadap garis pantai (cross shore). Dalam pengelolaan sumber daya perikanan dan kelautan wilayah pesisir dapat diartikan sebagai kawasan yang sangat luas mulai dari batas lautan (ZEE) sampai daratan yang masih dipengaruhi oleh iklim laut, ataupun kawasan yang meliputi kawasan peralihan antara ekosistem laut dan daratan yang sempit, yaitu dari garis rata-rata pasang tertinggi sampai 200m ke arah darat dan arah laut meliputi garis pantai pada saat rata-rata pasang terendah.
Wilayah pantai meupakan daerah dimana terjadi interaksi antara tiga unsur utama yaitu daratan, lautan dan atmosfir. Proses tersebut berlangsung sejak bumi ini terbentuk dan bentuk wilayah pantai yang seperti terlihat sekarang ini merupakan hasil keseimbangan dinamis proses penghancuran dan pembentukan tiga unsur utama alam tersebut sebagai tempat peralihan antara daratan dan lautan, wilayah pantai juga berfungsi sebagai zona penyangga bagi banyak binatang yang bermigrasi untuk tempat mencari makan, memijah dan membesarkan anak-anak (Pariwono, 1992).
Masyarakat pantai adalah masyarakat yang menempati wilayah di kawasan pantai (Dahuri et al, 2001). Selain dalam rangka pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan demi kebutuhan masyarakat akan ikan dan sumberdaya laut lainya, hal ini juga dimaksudkan untuk meningkatkan pendapatan nelayan dan petani ikan yang berkehidupan dari pemanfaatan sumberdaya perikanan dan kelautan, dimana pada umumnya nelayan dan petani ikan merupakan masyarakat pesisir
Secara umum perikanan didefenisikan sebagai suatu kegiatan ekonomi yang menyangkut; (1) kegiatan produksi yang menyangkut cara mengasilkan ikan baik dengan cara penangkapan maupun budidaya.(2) Kegiatan pengolahan yaitu melakukan sesuatu terhadap ikan yang telah dihasilkan sehingga merubah keadaan, bentuk dan nilai ekonomisnya.(3) Pemasaran ikan yang menyangkut segala kegiatn memperdagangkan ikan mulai dari produsen sampai ke konsumen (Fauzi,1985).
Dirjen Perikanan (1978) menyatakan bahwa yang menjadi dasar utama dalam memajukan dan mengembangkan perikanan adalah dengan peningkatan pengenalan jenis- jenis ikan serta pengetahuan tentang habitat, penyebaran dan biologinya.Salah satu usaha memjukan dan mengembangkan perikanan adalah dengan melakukan penelitian tentang biologi ikan.
Perikanan Sumatra Barat yang memiliki kekuatan potensial dalam bidang perikanan dan kelautan, dimana sumberdaya perairannya sangat luas baik untuk penangkapan ikan maupun budidaya. Sumatra Barat daratan sesuai dengan wilayahnya terdiri dari sungai, danau, dan rawa berpotensi untuk pengembangan budidaya, kolam, keramba,minapadi dan longyam. (Bappeda TK1. Riau, 1997 )
Usaha penangkapan ikan merupakan suatu usaha manusia untuk menghasilkan suatu hasil tangkapan baik itu berupa ikan maupun organisme lainnya di suatu perairan. (Ayodhyoa, 1981) .
Hingga saat ini potensi perikanan tangkap di laut secara nasional belum dimanfaatkan secara optimal, yaitu baru mencapi 4,4 juta ton atau 69% dari potensi lestari pada tahun 2003. Kendati demikian, di beberapa WPP beberapa kelompok (stok) sumberdaya ikan telah mengalami overfishing (tingkat pemanfaatan melebihi potensi lestari atau lebih dari 100%) atau mendekati overfishing (Suyasa, I. 2003).
Laut di daerah bungus ini sebagaimana pelabuhan laut lainnya banyak dimanfaatkan oleh penduduk sekitar diantaranya sebagai sarana tranfortasi, dan keperluan sehari-hari (Kartamihardja, 2000)..
Pemasaran bagi suatu hasil usaha adalah proses memfokuskan sumber daya untuk mencapai tujuan dalam merebut peluang dan kesempatan, seperti yang dikemukakan Assauri (1987) perusahaan dituntut untuk mampu memproduksi dengan mutu yang lebih baik, harga lebih murah dan penyampaian produk lebih cepat dari pada pihak pesaingnya.
Kebutuhan dunia akan ikan sangat tinggi sekali namun hasil tangkapannya menurun seperi yang dikemukanan Sukoso (2002) kebutuhan konsumsi ikan dunia mencapai 120 juta ton pada tahun 2000, namun hasil tangkapan turun menjadi 85 juta ton akibat overfishing.
Dengan luas laut 5,8 juta km2, Indonesia sesungguhnya memiliki potensi sumberdaya perikanan laut yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun keragamannya. Berdasarkan pada distribusi stok ikan, kondisi oseanografis perairan, dan kepentingan manajamen perikanan tangkap, perairan laut Indonesia dibagi menjadi sembilan Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP).
Dari berbagai penelitian yang dilakukan, diperoleh data tentang potensi lestari (Maximum Sustainable Yield, MSY) sumber daya ikan laut Indonesia yang diperkirakan sebesar 6,4 juta ton per tahun. Potensi tersebut terdiri dari ikan pelagis besar sebesar 1,65 juta ton, ikan pelagis kecil sebesar 3,6 juta ton, ikan demersal sebesar 1,36 juta ton, ikan karang sebesar 145 ribu ton, udang paneid sebesar 94,8 ribu ton, lobster sebesar 4,8 ribu ton, dan cumi-cumi sebesar 28,25 ribu ton.
Secara nasional sektor perikanan dapat dijadikan sabagai andalan untuk membangun perekonomian Indonesia seperti yang dikemukakan Dahuri Rokhmin (2002) sektor kelautan dan perikanan memliki potensi besar menjadi penggerak ekonomi nasional bila potensi tersebut dimanfaatkan secara maksimal. tingkat konsumsi rakyat Indonesia terhadap ikan yang masih rendah.











III. METODE PRAKTIKUM


3. 1. Waktu dan Tempat
Praktikum Eksplorasi SDHL ini telah dilaksanakan pada tanggal 23 April 2010 sampai dengan 25 April 2010 di Tempat Pelelangan Ikan (Tpi) Dumai Barat, Kabupaten Dumai Provinsi Riau.
3.2. Alat dan Bahan
Peralatan yang digunakan dalam praktikum Eksplorasi SDHL ini adalah alat dokumentasi, kuisioner dan alat tulis serta alat pendukung lainnya.
Bahan yang digunakan dalam praktikum Eksplorasi SDHL adalah data statistik tahunan perikanan berupa produksi hasil tangkapan ikan yang di daratkan di pelabuhan, jumlah alat tangkap yang digunakan dan data quesioner dari nelayan dan pelelang ikan
3. 3. Metode Prakikum
Metode praktikum yang digunakan adalah metode survei lansung yaitu, melakukan pengamatan langsung ke lokasi praktek serta wawancara dengan beberapa orang masyarakat nelayan yang ada pada lokasi praktek tersebut. Data yang dikumpulkan terdiri dari: 1) data primer yaitu data yang diambil langsung dari daerah atau objek praktikum. 2) data sekunder yaitu data yang didapat dari tanya jawab dengan nelayan atau kuisioner.


3.4. Prosedur Praktikum
Persiapkan bahan dan alat yang akan digunakan dalam penelitian, pengambilan data primer melalui pengamatan langsung , melakukan wawancara dan penyebaran quesioner kepada para nelayan. Pengamatan data skunder di ambil di kantor dinas pelabuhan perikanan setempat berupa data 5 tahun produksi hasil tangkapan ikan dalam jumlah alat tangkapnya serta data-data penunjang lainya. Selanjutnya pengelolaan data menggunakan metode surplus produksi.
3.5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam praktikum ini penulis melakukan survei langsung ke lapangan dengan menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: 1) Quisioner, yaitu alat yang digunakan untuk memperoleh data dengan cara membuat daftar pertanyaan terlebih dahulu, yaitu mengenai hal-hal yang berhubungan dengan permasalahan yang sedang dibahas dalam praktikum ini yang diisi oleh para responden. 2) Interview, yaitu proses pengumpulan data yang dilakukan dengan cara berdialog atau wawancara secara langsung dengan petani ikan.








IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Selama melakukan praktikum Eksplorasi SDHL tersebut, diperoleh data yang sbb ;
Hasil wawancara dengan bapak Thamrin dan Dedek ( Nelayan) di TPI Dumai barat tanggal 24 April 2010.
No Quisioner Jawaban / Hasil
1 Nama kapal Pompong (Nyondong)
2 No . reg kapal 8
3 GT dan ukuran kapal 1 piston (24 PK) dan 14,5 x 3 meter
4 Jenis alat tangkap Jaring udang(Sondong) dan gill net
5 Ukuranalat tangkap A . Sondong
-Panjang : 14,5 m (sama dengan panjang kapal)
-Lebar : 8,5 meter
-Ukuran mata jaring:
• Atas : 1,5 inci
• Tengah : 1 inci
• Bawah : 0,5 ici
• Diujung yang diikat : 0,25 inci
B . gill net
Panjang : 15 – 20 m
Lebar : 3 -4 m
Ukuran mata jaring:
 Atas : 6 inci
 Tengah : 4 inci
 Bawah : 2 inci
6 Lama operasi penangkapan 5 hari dalam 1x operasi (dalam 1 bulan : 4x operasi), dimana dalam 5 hari operasi hanya 4 hari yang efektif (dalam 1 bulan : 16 hari)
7 Jumlah operasi penangkapan per hari 2 – 3kali operasi tangkap
8 Lama 1 trip penangkapan 5 jam – 7 jam
9 Jumlah box penangkapan 4-5 box, dengan 10 btg es
10 Ukuran box 100 m x 40 m
11 Berat kotor hasil penangkapan 500 kg, (dengan berat kotor udang 200 kg dan ikan 300 kg)
12 Berat total penangkapan A . Udang
- Berat udang yang dibuang : 10 kg
- Berat udang yang dimakan : 5 kg
- Berat udang yang di jual : 20 kg
- Total : 35 kg
Jadi total hasil penangkapan udang yang bersih: 200kg – 35kg : 165 kg.
B . Ikan
 Berat ikan yang dibuang : 15 kg
 Berat ikan yang dimakan : 4 kg
 Berat ikan yang dijual : 36 kg
 Total : 55 kg
Jadi total hasil penangkapan ikan yang bersih : 300kg – 55kg : 245kg.
13 Total hasil penangkapan 165kg (udang) + 245kg (ikan) = 410 kg
14 Jumlah ABK 2- 3 orang
15 Tempat pemasaran ikan Di TPI Dumai
16 Lokasi penangkapan Daerah teluk dalam, Senepis dan Selat Rupat
17 Jarak tempuh penangkapan 4 – 5 mil laut
18 Jumlah bahan bakar yg digunakan 180 L / 1x operasi
19 Spesies domonan hasil penangkapan A . Udang : U. Putih
B . Ikan : - Hiu
- Biang
- Lomek
20 Hasil penjualan ikan dan udang selama 1x operasi 3 juta – 4,5 juta
21 Jumlah hasil penangkapan ikan dan non-ikan oleh nelayan dalam satu hari di TPI 3 ton per harinya
22 Jumlah biaya yang dibutuhkan nelayan untuk dalam 1x operasi penangkapan 1,5 juta
23 Jumlah alat tangkap yang digunakan 2 jenis
24 Jumlah bolak0balik selama penangkapan 3x putaran

Tabel pengamatan dan pengukuran Biologi Hasil Tangkapan.
A . Ikan
No Spesies dominan Ukuran Berat (gr)
SL (mm) TL (mm)
1 Ikan Biang 180 mm 210 mm 600 gr
180 mm 220 mm 600 gr
180 mm 220 mm 600 gr
160 mm 200 mm 510 gr
200 mm 240 mm 800 gr
170 mm 210 mm 610 gr
180 mm 220 mm 700 gr
200 mm 240 mm 800 gr
180 mm 210 mm 550 gr
180 mm 230 mm 650 gr
2 Bawal Putih 80 mm 110 mm 300 gr
70 mm 110 mm 300 gr
70 mm 150 mm 300 gr
80 mm 140 mm 500 gr
80 mm 140 mm 450 gr
80 mm 120 mm 350 gr
80 mm 140 mm 450 gr
70 mm 130 mm 500 gr
70 mm 130 mm 450 gr
80 mm 120 mm 450 gr
3 Ikan Hiu Pasir 300 mm 370 mm 640 gr
280 mm 360 mm 560 gr
330 mm 410 mm 765 gr
220 mm 300 mm 450 gr
240 mm 300 mm 550 gr
200 mm 240 mm 420 gr
260 mm 310 mm 460 gr
220 mm 290 mm 450 gr
240 mm 330 mm 385 gr
290 mm 360 mm 660 gr
B . Non-Ikan
No Spesies Dominan Ukuran Berat (gr)
SL (mm) TL (mm)
1 Udang putih 70 mm 100 mm 28 gr
75 mm 110 mm 32 gr
83 mm 130 mm 45 gr
87 mm 140 mm 50 gr
83 mm 130 mm 45 gr
80 mm 130 mm 40 gr
78 mm 120 mm 37 gr
76 mm 120 mm 34 gr
78 mm 120 mm 36 gr
85 mm 130 mm 40 gr
2 Udang Belang / Macan 80 mm 140 mm 35 gr
90 mm 150 mm 48 gr
90 mm 150 mm 46 gr
70 mm 130 mm 33 gr
90 mm 150 mm 47 gr
70 mm 130 mm 30 gr
80 mm 140 mm 43 gr
80 mm 140 mm 40 gr
80 mm 140 mm 42 gr
70 mm 130 mm 32 gr
3 Kepiting Rajungan 70 mm 100 mm 26 gr
78 mm 118 mm 38 gr
83 mm 130 mm 47 gr
87 mm 133 mm 48 gr
77 mm 110 mm 36 gr
80 mm 120 mm 40 gr
84 mm 127 mm 46 gr
90 mm 135 mm 65 gr
75 mm 107mm 30 gr

4.2 Pembahasan
Pulau rupat,Pada tahun 2006, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik Provinsi Riau "Riau Dalam Angka 2007", produksi di sektor perikanan berjumlah 8.562,6 ton. Angka tersebut berasal dari sektor Perikanan Laut, tambak dan budidaya air tawar. Pemanfaatan sumber daya perikanan disamping dilakukan melalui penangkapan ikan dilaut juga dilakukan melalui budi daya, antara lain dengan Sistem Tambak, Kolam, Jaring Apung dan Keramba.
"Potensi Rupat untuk menjadi daerah wisata andalan memang sangat besar, namun hingga kini infrastruktur di pulau itu masih sangat terbatas baik akses jalan darat maupun transportasi laut," katanya.
Pemerintah Kabupaten Bengkalis mendukung dimasukkannya objek wisata di Rupat yang merupakan bagian dari pulau terluar Indonesia di pesisir pantai timur Pulau Sumatra itu.
Objek wisata di Pulau Rupat itu berada di Kecamatan Rupat Utara yang menawarkan garis pantai dengan pasir putih sepanjang 17 kilometer. Pulau Rupat, adalah gugus pulau yang ujung utaranya berada persis di bibir Selat Malaka.
Kawasan seluas 10.852,77 kilometer persegi itu, berada di ujung barat daya Bengkalis, ibu kota Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. Pulau ini dibagi menjadi dua kecamatan. Rupat seluas 10.223,77 kilometer persegi dan sisanya, Rupat Utara.
Sejak awal, pulau ini sudah menjadi idaman banyak orang. Kenapa tidak, Rupat Utara menjadi gerbang kedatangan dari negeri jiran, Malaysia dan Singapura, lantaran ia berada di bibir Selat Malaka tadi. Lalu, Rupat jadi pintu kedatangan pula dari daratan Sumatera, sebab ia berada persis di bibir perairan Dumai, kota industri di ujung utara daratan Riau.
Dumai adalah salah satu pintu gerbang utama bagi daerah Riau Daratan yang dahulunya hanya sebuah kota nelayan kecil dibelahan pantai timur Sumatera. Secara geografis, Kota Dumai berada pada posisi 1º23-1º24'23" BT dan 101º28'13 LU dengan luas wilayah 1.727,385 km², terdiri dari tiga daerah kecamatan dengan batas wilayah sebagai berikut: Utara : Pulau Rupat, Kabupaten Bengkalis , Selatan : Kecamatan Mandau , Barat : Kecamatan Bangko , Timur : Kecamatan Bukit Batu


V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Praktikum Eksplorasi SDHL yang dilaksanakan di TPI Dumai Barat data yang diperoleh ada dua cara yaitu yang pertama dengan wawancara langsung dengan petani atau nelayan ikan yang berupa quisioner, data tersebut ditabulasi kedalam bentuk table seperti yang tertera di hasil.
Jenis alat tangkap yang biasa digunakan nelayan di TPI Dumai Barat yaitu terdiri dari beberapa alat tangkap yang lazim digunakan yaitu: Nyondong dan Gill Net. Jenis ikan dan Non-ilan yang dapat diperoleh diantara nya ikan Hiu, Lomek, Biang dan Non-ikan yaitu udang putih dan kepiting rajungan yang memiliki produksi besar.
Alat tangkap yang digunakan nelayan merupakan milik sendiri dan ada juga milik toke Perahu yang digunakan nelayan merupakan perahu sendiri. Dalam satu bulan bisa melaut sampai dengan 16 hari dan dalam satu tahun bisa sampai 6 bulan. Jarak penangkapan dari tempat tinggal atau pelabuhan nelayan lebih kurang 2 mil memakan waktu sampai 2 jam perjalanan kapal. Hasil tangkapan mereka sangat tergantung pada cuaca atau iklim, badai, musim pemijahan, dan lokasi penangkapan




5.2. Saran
Dari hasil praktikum Eksplorasi SDHL ini diharapkan perlunya perhatian dari pemerintah terutama terhadap kesejahteraaan masyarakat, terutama pada sektor perikanannya. Padahal apabila dikembangkan dengan optimal akan memberikan kontribusi yang cukup besar bagi daerah dan meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya.
Dalam meningkatkan perekonomian masyarakat pemerintah disarankan agar dapat memberikan arahan atau bimbingan kepada nelayan-nelayan yang terdapat dalam hal penangkapan, penanganan pasca panen maupun budidaya, sehingga mereka dapat mengetahui cara melakukan penangkapan dengan tetap memperhatikan kelestarian dari ikan-ikan tersebut.
Pemerintah juga memberikan perhatian terhadap masyarakat nelayan dalam meningjkatkan penghasilan dengan memberikan modal agar nelayan dapat meningkatkan hasil perikanan.














LAPORAN PRAKTIKUM EKSPLORASI
SUMBERDAYA HAYATI LAUT
TEMPAT PELELANGAN IKAN (TPI) DUMAI
Oleh :
MELIA AZIAN
RENGKI AFRIZAL
MUHAMMAD ILHAM
HARDY PH
ANDREW ST
EDRHA BETA

Tidak ada komentar:

Posting Komentar